Beranda | Artikel
Hakikat Sifat Tergantung Kepada Siapa Sifat Itu Dinisbatkan
Rabu, 13 Oktober 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Qatadah

Hakikat Sifat Tergantung Kepada Siapa Sifat Itu Dinisbatkan merupakan kajian Islam ilmiah Shahih Bukhari Kitab Tauhid yang disampaikan oleh Ustadz Abu Qotadah. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 28 Shafar 1443 H / 05 Oktober 2021 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Hakikat Sifat Tergantung Kepada Siapa Sifat Itu Dinisbatkan

Menit ke-19:44 Allah Subhanahu wa Ta’ala disifati dengan sifat rahmat (kasih sayang) dan makhluk juga disifati dengan sifat kasih sayang. Tapi ada satu kaidah bahwa “Sama dalam penyebutan nama itu tidak mesti sama dalam hakikatnya.” Dalam arti kalau Allah disifati dengan rahmat dan makhluk disifati dengan rahmat, maka tidak mesti sama. Hal ini karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan penjelasan dalam Al-Qur’an:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada yang sama dengan Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura`[42]: 11)

Kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala disifati dengan melihat dan manusia disifati dengan melihat, Allah disifati dengan mendengar dan manusia disifati dengan mendengar, ingat bahwa hakikat mendengarnya Allah berbeda dengan mendengarnya makhluk, hakikat melihatnya Allah tidak sama dengan hakikat melihat makhlukNya. Inilah kaidah yang sangat agung.

Kita sebagai mukmin Ahlus Sunnah memerangi pendapat yang menyamakan Allah dengan makhlukNya. Maka Ahlus Sunnah meyakini sifat yang dinisbatkan kepada Allah berbeda dengan sifat yang disebutkan kepada makhluk (walaupun namanya sama). Ketika dinisbatkan kepada Allah, maka kita katakan: “Ini rahmat Allah sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allah.” Kita mengetahui rahmat Allah luas, sedangkan rahmat manusia terbatas.

Jadi dalam pembahasan pertama tentang asma’ dan shifat ini, mualif mengajarkan kepada kita kaidah yang sangat agung. Yaitu bahwa hakikat sifat yang ada pada sesuatu akan berbeda-beda tergantung kepada siapa sifat itu dinisbatkan. Bahkan antara makhluk dengan makhluk.

Kalau kita melihat adanya perbedaan antara makhluk dengan makhluk. Misalnya antara tangan manusia dengan tangan monyet, kita pahami ini berbeda. Contoh yang lain ketika kita menisbatkan sifat “kuat” kepada gajah dan semut, maka kita pahamai sifat kuatnya berbeda. Gajah bisa menarik mobil, sedangkan semut baru mampu mengangkat sebutir nasi jika bersama-sama. Padahal sama-sama dinamakan kuat.

Kalau antara makhluk dengan makhluk punya perbedaan, maka tidak mesti kalau kita menetapkan sesuatu kepada Allah sama dengan makhlukNya. Seperti kita menetapkan sifat rahmat kepada Allah, kemudian sifat rahmat kepada makhluk, maka tidak mesti sama. Karena hakikat sifat rahmat Allah berbeda dengan sifat rahmatnya manusia.

Menit ke-27:36 Sehingga menetapkan satu sifat tidak mesti menyamakan Allah dengan makhluk. Karena hakikat sifat berbeda tergantung yang disifatinya. Kalau menetapkan sifat wajah kepada manusia, kita berkata bahwa sifat wajah bagi manusia adalah wajah yang kita lihat. Adapun untuk Allah, maka tidak ada yang serupa dengan Allah. Kita tidak boleh menganggap bahwa wajah yang dinisbatkan kepada Allah adalah wajah yang dinisbatkan kepada makhluk. Sebagaimana kita memahami (perbedaan) rahmat yang dinisbatkan kepada Allah dan rahmat yang dinisbatkan kepada makhluk.

Sebab dalam hadits-hadits ini jelas, Allah merahmati dan manusia juga merahmati. Sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa “Allah tidak merahmati orang yang tidak memiliki sifat rahmat.” Dan juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan “Rahmati penduduk bumi maka Allah akan merahmati kalian.” Berarti di sini menetapkan sifat rahmat.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50866-hakikat-sifat-tergantung-kepada-siapa-sifat-itu-dinisbatkan/